Jumat, 27 Juli 2012

Cara beriman kepada hari akhirat

Beriman kepada hari akhirat memiliki dua cara; global dan terperinci. Adapun secara global yaitu: Kita mengimani adanya satu hari dimana Allah mengumpulkan pada hari itu seluruh manusia, mulai dari Adam sampai manusia paling terakhir, masing-masing mereka akan mendapatkan balasan amalannya, sebagian menjadi penghuni surga dan sebagian lagi masuk neraka.

Allah berfirman:
 “Katakanlah: “ Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian, benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.” (QS.Al-Waqi’ah:49-50).

Sedangkan Iman secara terperinci adalah: Mengimani secara mendetail setiap peristiwa sesudah kematian yang mencakup hal-hal berikut ini:

Pertama:

Fitnah kubur Yaitu: ketika mayit ditanya sesudah dikuburkan, tentang tuhannya, agamanya dan nabinya Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Maka Allah memantapkan orang-orang beriman dengan jawaban yang mantap, sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadits ketika mayit ditanya ia mampu menjawab dengan mengatakan:
 “Tuhanku adalah Allah, agamaku adalah Islam dan nabiku adalah Muhammad shallallahu alaihi wasallam.” (Muttafaq alaih). Untuk itu wajib bagi kita beriman kepada adanya pertanyaan dua malaikat itu, bentuk pertanyaannya, bagaimana mukmin akan menjawab dan bagaimana munafik akan menjawab, sebagaimana yang tertera dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Kedua:

Siksa kubur dan kenikmatannya Wajib beriman kepada adanya adzab kubur dan kenikmatannya, bahwasanya kubur itu bisa berupa lubang neraka atau salah satu taman surga. Kubur adalah persinggahan pertama untuk menuju akhirat, barangsiapa yang selamat padanya maka yang sesudahnya akan lebih mudah, dan barangsiapa yang tidak selamat maka yang sesudahnya akan lebih sulit. Barangsiapa yang mati berarti telah datang kiamatnya. Kenikmatan dan adzab kubur dirasakan oleh ruh dan jasad, dan kadang-kadang hanya ruh yang merasakannya. Adzab kubur ditimpakan untuk orangorang yang dzalim dan kenikmatannya dianugerahkan untuk orang mukmin yang benar. Mayit akan disiksa di alam barzakh atau diberi kenikmatan, baik mayit itu dikubur ataupun tidak. Seandainya mayit itu dibakar, tenggelam atau dimakan binatang buas atau burung, maka pasti ia akan merasakan adzab atau kenikmatan tersebut.

Allah berfirman:
 “Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkan Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (QS.Al-Mukmin:46).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “ Kalau saja kalian tidak saling menguburkan, pasti aku memohon kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian adzab kubur.” (HR Muslim).

Ketiga:

Tiupan sangkakala Sangkakala adalah terompet berbentuk tanduk yang akan ditiup oleh Isrofil alihis salam, pada tiupan pertama seluruh makhluk menjadi mati kecuali yang dikehendaki Allah untuk tetap hidup, tiupan kedua seluruh makhluk sejak Allah menciptakan dunia ini hingga terjadinya kiamat, bangkit dari kubur mereka.
Allah berfirman:
 “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang mati di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (Az-zumar:68).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “Kemudian sangkakala pun ditiup, maka tidak seorangpun yang mendengar kecuali mendengarkannya dan mengangkat lehernya, kemudian semuanya mati, lalu Allah menurunkan hujan gerimis, maka tubuh-tubuh manusia tumbuh kembali, kemudian ditiupkan lagi sangkakala itu, maka tiba-tiba mereka semua berdiri menyaksikan.” (HR Muslim).

Keempat:

Kebangkitan Yaitu: Allah menghidupkan semua yang mati, ketika ditiupkan sangkakala yang kedua kalinya, maka manusia-pun berdiri menuju Allah tuhan semesta alam. Apabila Allah telah mengizinkan untuk ditiupnya sangkakala dan kembalinya ruh ke jasad, pada waktu itu seluruh manusia bangkit dari kubur mereka dan berjalan dengan cepat menuju tempat berkumpul dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, tidak dikhitan, dan tidak membawa apaapa.
Masa berkumpul ini cukup lama, sementara matahari sangat dekat jaraknya, dan ditambah kadar panasnya. Keringat manusia menggenang karena dahsyatnya masa menunggu ini, ada yang keringatnya sampai mata kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai pinggang, ada yang sampai dada, ada yang sampai pundak dan ada yang tenggelam oleh keringat, itu semua tergantung amal mereka. Kebangkitan dari kubur pasti akan terjadi, berdasarkan dalil Al-Quran dan sunnah, realita dan akal: Adapun Al-Quran dan sunnah: maka ayat-ayat yang berbicara tentang hal itu banyak sekali, demikian juga hadits-hadits shahih yang menunjukkan kebenarannya.
Allah berfirman:
 “Katakanlah: Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan.” (QS.At- Taghabun:7).

Dalam firman-Nya yang lain:
 “Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya.” (QS.Al-Anbiya: 104).

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “Kemudian ditiuplah sangkakala, maka tidak seorangpun yang mendengar kecuali dia mendengarkan dan mengangkat lehernya, kemudian tidak seorangpun yang tersisa kecuali pasti mati, kemudian Allah menurunkan hujan gerimis, atau permulaan musim hujan - perawi ragu – maka tumbuhlah (bangkitlah) tubuh-tubuh manusia, kemudian ditiupkan lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menyaksikan.” (HR. Muslim).

Dan Allah berfirman:
 “Ia berkata : Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang sudah hancur luluh, Katakanlah: Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia maha mengetahui tentang segala makhluk.” (QS.Yasin:79).

Adapun secara realita: Allah telah memperlihatkan kepada para hamba-Nya bagaimana menghidupkan orang yang sudah mati di dunia ini, sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-Baqarah yang memaparkan lima contoh. Yaitu: kaum nabi Musa yang Allah hidupkan kembali setelah mereka mati, salah seorang bani Israil yang terbunuh, kaum yang keluar dari rumah-rumah mereka lari dari kematian, seseorang yang melalui suatu desa dan kisah burung dan nabi Ibrahim alihis salam.

Adapun secara akal: Bisa dilihat dari dua sisi:
1)    Sesungguhnya Allah ta’ala pencipta langit, bumi dan seisinya. Dia menciptakannya tanpa ada contoh sebelumnya, zat yang sanggup menciptakan sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya berarti dia sanggup mengembalikannya.
2)    Bumi yang tadinya mati, beku dan tidak ada kehidupan, lalu Allah menurunkan hujan kepadanya, maka bumi itu menjadi hijau dan tumbuh padanya berbagai macam tumbuhan yang indah. Orang yang sanggup menghidupkan bumi setelah matinya, berarti sanggup pula menghidupkan orang-orang yang sudah mati.

Kelima:

Pengumpulan, perhitungan dan pembalasan Kita mengimani bahwa jasad-jasad ini akan dikumpulkan, akan ditanya dan dihitung amalnya dengan adil dan diberikan kepada makhluk balasan atas amalannya.
Allah ta’ala berfirman:
 “Dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka.” (QS.Al-Kahfi:47).

Dalam ayat lain Allah berfirman:
 “Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitab dari sebelah kanannya, maka dia berkata: “ Ambillah, bacalah kitabku (ini). Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai.” (QS.Al-Haqqah:19-21).

Dan firman Allah :
 “Dan adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitab dari sebelah kirinya, maka dia berkata: Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).” (QS.Al-Haaqqah: 25-26).

Hasyr (berkumpul) adalah: digiring dan dikumpulkan-nya manusia ke padang mahsyar untuk dihisab. Perbedaan antara hasyr dan ba’ts (dibangkitkan) adalah, bahwa dibangkitan itu mengembalikan setiap ruh ke jasadnya, sedangkan hasyr adalah menggiring mereka yang dibangkitkan menuju tempat berkumpul (padang mahsyar).

Adapun hisab (perhitungan) dan jaza’ (pembalasan) adalah: Dimana Allah menghadirkan setiap hamba ke hadapan-Nya dan diperlihatkan kepada mereka semua amal yang dulu pernah mereka lakukan.

Adapun orang-orang mukmin yang bertakwa,
mereka dihisab dengan hanya diperlihatkan seluruh amalnya hingga mereka mengetahui kasih sayang Allah kepada mereka dengan menutupi amalan (yang jelek) di dunia dan mengampuninya di akhirat. Mereka dikumpulkan berdasarkan tingkat keimanan, mereka disambut Malaikat yang membawa kabar gembira dengan surga, dan mengamankan mereka dari rasa takut dan dari kedahsyatan hari yang sulit itu, maka wajah merekapun putih bersinar, berseriseri, tertawa dan bergembira-ria.

Adapun orang-orang yang mendustakan (agama) dan berpaling (dari jalan yang benar) akan dihisab dengan perhitungan yang sulit dan mendetail, akan dihitung semua amal mulai dari yang besar sampai yang sekecil-kecilnya. Mereka akan diseret dengan wajah-wajah mereka, sebagai penghinaan bagi mereka dan balasan atas apa yang telah mereka lakukan dan dustakan. Yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah umat nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam, diantara mereka tujuh puluh ribu orang masuk surga tanpa dihisab dan tanpa diadzab dikarenakan kesempurnaan tauhid mereka.
Mereka itulah yang pernah disebutkan ciri-cirinya oleh nabi:
 “Mereka yang tidak meminta diruqyah (dimantra dengan do’a), tidak berobat dengan cara kaiy (dengan besi panas), tidak percaya pada khurafat burung dan kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal.”

Di antara mereka adalah shahabat yang bernama Ukasyah bin Mihsan radhiallahu anhu. Adapun amalan yang berhubungan dengan hak Allah yang pertama dihisab adalah salat, dan amal yang berhubungan dengan hak manusia yang pertama dihisab adalah permasalahan darah (pembunuhan).

Keenam:

Haudh (Telaga di surga) Kita mengimani adanya telaga Nabi shallallahu alaihi wasallam, yaitu telaga yang besar dan tempat minum yang mulia, Airnya mengalir dari sungai Al Kautsar dari dalam surga yang hanya akan diminum oleh orang-orang beriman dari umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Sebagian dari ciri-cirinya: Airnya lebih putih dari susu, lebih dingin dari es, lebih manis dari madu, lebih wangi dari kesturi, sangat luas, lebar dan panjangnya sama, dari ujung ke ujung jarak perjalanan selama sebulan, padanya terdapat dua saluran air yang memanjang dari surga, gelasgelasnya lebih banyak dari jumlah bintang-bintang di langit, dan barangsiapa yang meminumnya tidak akan pernah haus selamanya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “Telagaku luasnya sepanjang perjalanan sebulan, airnya lebih putih dari susu, wanginya melebihi kesturi, gelasnya seperti jumlah bintangbintang di langit, barangsiapa yang meminumnya tidak akan pernah haus selamanya.” (HR. Bukhari).

Ketujuh:

Syafa’at Ketika manusia sedang mengalami kesulitan yang luar biasa di tempat penantian untuk dihisab ditambah sangat panjangnya masa penantiaan, mereka mencari orang yang bisa memberi syafa’at di hadapan Tuhan mereka untuk membebaskan mereka dari kesulitan dan rasa takut pada hari itu. Semua Rasul Ulul Azmi menolak untuk memberi syafa’at, hingga mereka sampai kepada Rasul terakhir Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang mana Allah telah mengampuni seluruh dosa-dosanya di masa lalu ataupun yang akan datang. Maka berdirilah beliau di tempat yang mulia yang didambakan oleh semua orang terdahulu dan sekarang serta nampaklah kedudukan beliau yang agung dan derajat yang tinggi. Kemudian bersujudlah beliau di bawah arsy dan Allah mengilhamkan kepadanya pujian-pujian untuk memuji-Nya dan mengagungkan-Nya, lalu beliau meminta izin Tuhannya dan beliaupun diizinkan untuk memberi syafa’at kepada hambahamba untuk melepaskan mereka dari kesulitan dan kegelisahan yang tidak sanggup mereka pikul.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “ Sesungguhnya matahari pada hari kiamat sangat dekat hingga ada yang keringatnya sampai di tengah telinga, ketika mereka dalam keadaan seperti itu mereka mencari pertolongan kepada Adam kemudian Ibrahim kemudian Musa kemudian Isa kemudian Muhammad shallallahu alaihi wasallam, beliaulah yang memberikan syafa’at untuk dipercepat putusan hukum antara makhluk, kemudian beliau berjalan hingga memegangi gagang pintu, maka hari itulah Allah menempatkannya di maqam mahmuda (tempat yang mulia) yang dimuliakan oleh seluruh yang hadir.” (HR. Bukhari). Syafa’at 'udzma (syafa’at agung) ini hanya dikhususkan untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam saja. Selain itu beliau juga akan memberikan syafa’at-syafa’at lain, yaitu:
1)    Syafa’at beliau untuk ahli surga agar diizinkan bagi mereka memasukinya. Dalilnya adalah sabda beliau:
 “Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat nanti, lalu aku minta dibukakan pintunya. Penjaganya pun bertanya: siapa kamu? Aku menjawab: Muhammad, dan penjaga itu berkata: Aku telah diperintahkan untuk tidak membukakan pintu ini bagi siapapun sebelum kamu.” (HR. Muslim).
2)    Syafa’at beliau untuk suatu kaum yang seimbang antara kebaikan dan kejelekan mereka untuk bisa masuk surga. Ini adalah pendapat sebagian ulama’ tetapi tidak ada satupun hadits shahih yang bisa dijadikan sandaran.
3)    Syafa’at beliau untuk suatu kaum yang diputuskan untuk masuk neraka, agar mereka tidak jadi memasukinya. Dalilnya adalah keumuman sabda beliau:
 “Syafa’atku untuk para pelaku dosa besar dari umatku.” (HR. Abu Dawud).
4)    Syafa’at beliau untuk mengangkat derajat para penghuni surga di dalam surga. Dalilnya dalah sabda beliau:
 “Ya Allah ampunilah Abu Salamah dan angkatlah derajatnya menjadi orang-orang yang diberi hidayah.” (HR. Muslim).
5)    Syafa’at beliau untuk suatu kaum agar mereka masuk surga tanpa dihisab terlebih dahulu dan tanpa diazab. Dalilnya hadits Ukasyah bin Mihsan tentang tujuh puluh ribu orang yang akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, Rasulullah berdo’a untuknya: “ Ya Allah, jadikanlah dia termasuk dalam golongan mereka.” (Muttafaq Alaih).
6)    Syafa’at beliau untuk para pelaku dosa besar agar tidak masuk neraka. Dalilnya hadits rasul:
 “ Syafa’atku untuk pelaku dosa besar dari umatku.” (HR. Abu Dawud).
Dan dalam hadis yang lain:
 “Akan keluar suatu kaum dari neraka dengan syafa’at Muhammad shallallahu alaihi wasallam, kemudian mereka masuk surga. Mereka dinamakan Jahannamiyyin.” (HR. Bukhari).
7)    Syafa’at beliau untuk meringankan adzab dari orang yang seharusnya diazab keras, seperti syafa’at beliau untuk pamannya Abu Thalib. Dalilnya hadits rasul:
 “Mudah-mudahan syafa’atku bisa meringankan siksanya di hari kiamat, untuk diletakkan di neraka yang paling atas dimana api sampai menyentuh dua mata kakinya, yang membuat otaknya mendidih.” (Muttafaq Alaih).
Syafa’at di sisi Allah tidak dibenarkan kecuali dengan dua syarat:
(1)      Ridha Allah terhadap pemberi dan penerima syafa’at.
(2)      Izin Allah kepada seseorang untuk memberi syafa’at.
Allah berfirman:
 “Dan mereka tiada memberi syafa’at melainkan kepada orang yang diridhai Allah.” (QS.Al- Anbiya’:28).
Dalam firman-Nya yang lain:
“Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi-Nya tanpa izin-Nya.” (QS.Al-Baqarah:255).

Kedelapan:

Mizan (Timbangan amal). Mizan itu haq, wajib diimani adanya, mizan itu adalah timbangan yang diletakkan oleh Allah untuk menimbang amal manusia di hari kiamat, untuk kemudian membalasnya sesuai dengan amalnya. Timbangan ini hissi (dapat dilihat dengan panca indra), mempunyai dua sisi timbangan dan bagian yang melintang, untuk menimbang amal atau buku catatan amal atau sipelaku amal itu sendiri. Ketiga-tiganya mungkin ditimbang, tetapi yang menjadi ukuran berat atau tidak adalah amal, bukan pelakunya atau buku catatan tersebut.

Allah berfirman:
 “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti akan Kami mendatangkan (pahala)nya dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS.Al-Anbiya’:47).

Dalam firman-Nya yang lain:
 “Maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS.Al-A’raf: 8-9).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “Kebersihan setengah dari Iman dan alhamdulillah memenuhi timbangan.”(HR. Muslim).
Beliau juga bersabda:
 “Akan diletakkan timbangan pada hari kiamat, kalaulah langit dan bumi ditimbang niscaya akan cukup.” (HR. Hakim).

Kesembilan:

Shirath Kita mengimani adanya shirath, yaitu jembatan yang dipasang di atas neraka Jahannam dengan jalan yang sangat menakutkan, semua manusia akan melewatinya untuk menuju ke surga. Di antara mereka ada yang melaluinya dengan sekejap mata, ada pula yang melaluinya secepat kilat, ada yang seperti angin, ada yang seperti burung, ada yang secepat lari kuda, ada juga yang berlari, atau berjalan, ada pula yang merangkak, dan ada yang diseret, semuanya berjalan sesuai dengan amalnya hingga seseorang yang berjalan dengan sinar yang hanya sebesar ibu jari kakinya. Di antara mereka ada yang diambil kemudian dilempar ke dalam neraka, barangsiapa yang dapat melewati shirath ini, maka ia masuk surga.

Orang yang pertama kali menyeberang shirath ini adalah nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam, kemudian diikuti oleh umatnya. Hari itu tidak ada yang angkat bicara kecuali para rasul, dan do’a para rasul hari itu adalah: “ Ya Allah selamatkan, selamatkan.” Neraka Jahannam memiliki besi-besi ranjau (hanya Allah yang mengetahui jumlahnya), terletak di kanan kiri shirath yang akan menarik siapa yang Allah kehendaki ke dalamnya.

Sifat-sifat shirath: Lebih tajam dari pedang, lebih halus dari rambut, licin, tidak ada kaki yang dapat tetap berjalan di atasnya kecuali dengan izin Allah, diletakkan di tempat yang gelap, dan dikirimkan amanah dan rahim (kekerabatan) berdiri di samping kiri kanan shirath untuk menjadi saksi siapa saja yang menjaganya atau yang mengabaikannya.

Allah berfirman:
 “ Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS.Maryam:71-72).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “Shirath diletakkan diatas neraka Jahannam, maka aku dan umatkulah yang kali pertama akan melewatinya.” (HR. Muslim).

Dalam sabda beliau yang lain:
 “Akan dipasang jembatan Jahannam … maka akulah orang pertama yang melewatinya dan do’a para rasul hari itu adalah: Ya Allah selamatkan, selamatkan.” (Muttafaq alaih).

Abu Sa’id Al-Khudriy radhiallahu anhu pernah berkata: “Aku pernah mendengar bahwa jembatan itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.” (HR. Muslim).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda:
“ Dan dikirimlah amanah dan rahim (kekerabatan) untuk berdiri di atas shirath pada sebelah kanan dan kiri, maka orang pertama di antara kamu lewat bagaikan kilat … kemudian seperti kecepatan angin, kemudian berikutnya seperti kecepatan burung dan kecepatan orang yang lagi musafir, semuanya mendapatkan balasan sesuai dengan amalnya. Dan nabi kalian berdiri di atas shirath dengan berkata: Ya Allah selamatkan, selamatkan. Hingga amal-amal para hamba sudah tidak sanggup lagi (menolong), hingga datang seseorang yang sudah tak sanggup lagi berjalan kecuali dengan merangkak.”
Kemudian beliau berkata: “ Dan di sebelah kanan dan kiri shirath terdapat kalalib (besi-besi ranjau) yang digantungkan dan diperintahkan untuk mengambil orang-orang tertentu, maka ada yang tercabik-cabik tetapi ia selamat dan ada yang dilempar ke dalam neraka.” (HR. Muslim).
Kesepuluh:

Qintharah (Tempat Pemberhentian antara surga dan neraka). Kita wajib mengimani bahwa jika orang-orang mukmin sudah berhasil melewati shirath, mereka akan berhenti di Qintharah. Yaitu sebuah tempat di antara surga dan neraka, di mana orang-orang mukmin akan dihentikan di sini setelah berhasil melewati shirath dan selamat dari neraka, untuk diputuskan permasalahan yang terjadi di antara mereka (kezaliman-kezaliman yang terjadi antara mereka di dunia) sebelum mereka memasuki surga. Manakala mereka sudah bersih dan suci maka baru diizinkan untuk memasuki surga.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
 “Ketika orang-orang mukmin itu sudah selamat melewati neraka, mereka dihentikan di sebuah tempat
yang terletak antara surga dan neraka, maka diselesaikanlah permasalahan (kezaliman-kezaliman) yang dulu pernah ada di antara mereka di dunia, hingga manakala mereka sudah dibersihkan dan disucikan, baru diizinkan untuk memasuki surga, maka demi yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, salah seorang dari mereka lebih tahu dengan tempat tinggalnya di surga daripada tempat tinggalnya sewaktu di dunia.” (HR. Bukhari).

Kesebelas:

Surga dan Neraka.
Kita mengimani bahwasanya surga itu benar adanya demikian juga neraka, dan bahwasanya keduanya sudah ada, tidak akan pernah rusak dan punah, bahkan keberadaannya abadi. Begitu juga kenikmatan ahli surga tidak akan pernah habis dan hilang. Siksaan ahli neraka yang telah diputuskan oleh Allah untuk kekal di dalamnya tidak akan pernah habis dan berhenti.

Adapun orang-orang yang bertauhid maka mereka akan keluar dari nereka dengan syafa’at orang-orang yang memberi syafa’at dan atas rahmat Allah Yang Maha Penyayang. Surga adalah tempat mulia yang Allah sediakan untuk orang-orang bertaqwa pada hari kiamat nanti. Di dalamnya ada sungai-sungai yang mengalir, kamar-kamar yang megah, dan istri-istri yang cantik. Di dalamnya terdapat apa saja yang diinginkan oleh jiwa dan disenangi oleh mata memandang, kenikmatannya tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terdetik di hati manusia. Kenikmatannya tidak akan pernah habis dan punah. Mereka akan kekal dalam kenikmatan tersebut tanpa ada hentinya. Tempat untuk meletakkan sebuah cemeti di sana lebih baik dari dunia dan seisinya. Wanginya bisa dicium dari jarak perjalanan 40 tahun. Kenikmatan yang paling besar adalah ketika orang-orang mukmin bisa melihat Tuhan mereka secara langsung dengan mata kepala mereka.

Adapun orang-orang kafir, mereka tidak akan dapat melihat Tuhan. Barang siapa yang mengingkari penglihatan orang-orang mukmin akan Tuhan mereka berarti dia telah menyamakan antara orang-orang mukmin dengan orang-orang kafir dalam hal ini. Surga itu ada seratus tingkatannya, antara satu
tingkatan dengan tingkatan yang lainnya bagaikan antara langit dan bumi. Tingkatan Surga tertinggi adalah Firdaus ‘a’la dimana atapnya adalah arsy Allah Yang Maha Pengasih. Surga Firdaus memiliki delapan pintu, jarak antara dua sisi setiap pintu seperti antara Makkah dan Hajar (terletak di wilayah Ahsa’ Saudi Arabia, berjarak lebih kurang 1300 km), dan akan datang suatu masa dimana pintu tersebut akan penuh sesak karena banyaknya yang masuk. Tingkatan terendah ahli surga adalah seperti dunia dan sepuluh kali lipatnya.

Allah berfirman tentang surga:
 “Disediakan untuk orang-orang bertakwa.” (QS.Ali Imran: 133).

Dan Allah juga berfirman tentang kekalnya ahli surga di dalamnya, dan ia tidak akan pernah punah:
 “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya” (QS.Al-Bayyinah:8).

Adapun neraka: adalah tempat adzab, yang Allah sediakan untuk orang-orang kafir dan yang berbuat
maksiat. Di dalamnya terdapat berbagai macam siksaan dan beragam hukuman. Penjaganya malaikat yang sangat kasar dan keras. Orang-orang kafir akan kekal di dalamnya, makanan mereka Zaqqum (sebuah pohon dalam neraka, buahnya sangat pahit dan busuk baunya), dan minuman mereka hamim (air panas yang mendidih), api dunia ini hanya merupakan satu bagian dari tujuh puluh bagian dari panasnya api Jahannam, api Jahannam lebih panas enam puluh sembilan kali dari api dunia dimana setiap bagiannya sama panasnya dengan api dunia atau lebih.

Neraka tidak akan pernah bosan membakar dan menerima orang-orang yang dilemparkan ke dalamnya, bahkan ia senantiasa berkata: masih adakah tambahan ?
Neraka memiliki tujuh pintu setiap pintunya memiliki bagian yang terpisah-pisah.

Allah berfirman tentang neraka:
 “Disediakan untuk orang-orang kafir.” (QS.Ali Imran:131).

Allah berfirman tentang kekekalan penghuni neraka di dalamnya, dan neraka itu tidak akan pernah punah:  “Sesungguhya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka), mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS.Al-Ahzab:64-65).

Sumber : http://s1.islamhouse.com