Jumat, 27 Juli 2012

Para rasul adalah manusia biasa yang tidak mengetahui hal-hal yang ghaib

Mengetahui hal-hal gaib merupakan sifat ketuhanan, bukan sifat para nabi, karena mereka adalah manusia sebagaimana halnya manusia yang lain. Mereka makan, minum, beristri, tidur, sakit dan lelah.

Allah berfirman:
 “Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.” (QS.Al-Furqan: 20).

Dalam ayat lain Allah berfirman:
 “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (QS.Ar-Ra’d:38).

Dan mereka juga mengalami apa yang dialami manusia lain, seperti merasa sedih, gembira, bekerja keras, semangat dan lainnya, hanya saja Allah subhanahu wataala telah memilih mereka untuk menyampaikan agama-Nya. Mereka tidak mengetahui hal-hal gaib kecuali apa yang telah diberitahukan Allah kepada mereka.

Allah berfirman:
 “(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakang.” (QS.Al-Jin:26-27).

1.    Para rasul adalah ma’sum (terpelihara dari perbuatan dosa).

Guna mengemban misi yang amat besar yaitu menyampaikan risalah agama kepada ummat, maka Allah benar-benar memilih di antara hamba-hamba-Nya yang paling istimewa yang mempunyai akhlak dan kepribadian yang sempurna, selain itu Allah memelihara mereka dari perbuatan dosa besar serta menjauhkan mereka dari sifatsifat tidak baik, para ulama sepakat bahwa semua rasul itu ma’sum (tidak pernah salah) dalam menyampaikan risalah agama Allah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:
 “Hai rasul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.” (QS.Al-Maidah:67).

Dan Allah berfirman:
 “Yaitu orang-orang yang menyampaikan risalahrisalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tiada merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah.” (QS.Al-Ahzab:39).

Dan dalam ayat lain Allah berfirman:
 “Supaya Dia mengetahui bahwa sesungguhnya rasulrasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (QS.Al-Jin:28).

Apabila ada di antara rasul yang melakukan dosa kecil yang tidak berhubungan dengan risalah yang disampaikan, maka Allah subhanahu wata’ala langsung menegurnya dan merekapun segera bertaubat dan kembali kepada-Nya, sehingga dosa-dosa kecil tersebut seolah-olah tidak ada terjadi, dengan demikian mereka menempati derajat yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Demikianlah Allah subhanahu wataala mengkhususkan nabi-nabi-Nya dengan mengarunia mereka akhlak, sifat-sifat mulia serta mensucikan mereka dari segala hal yang bisa menodai kehormatan dan kedudukan mereka sebagai nabi.

Sumber : http://s1.islamhouse.com