Rukun Iman adalah: Beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan hari kemudian serta beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
Allah subhanahu wataala berfirman:
“Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikatmalaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (QS.Al-Baqarah: 177).
Dan dalam ayat lain Allah berfirman:
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya demikian pula orang-orang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul Nya. Kami tidak membeda-bedakan antara seorang rasul dengan yang lainnya” (QS. Al-Baqarah: 285).
Adapun khusus mengenai takdir, Allah berfirman
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qomar:49).
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Iman adalah: kamu beriman kepada Allah dan malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kemudian dan takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim).
Iman mencakup ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati dan amalan dengan anggota badan. Iman itu akan meningkat dengan melakukan ketaatan, dan menurun dengan melakukan maksiat.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.” (QS.Al-Anfal:2-4).
Dan sebaliknya Allah subhanahu wataala berfirman:
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS.An-Nisa’:136).
Contoh iman dalam bentuk ucapan lisan adalah: dzikir, do’a, amar ma’ruf nahi munkar, membaca Al-Qur’an dan lain-lain. Dan dalam bentuk keyakinan hati; seperti meyakini keesaan Allah dalam Rububiyyah, Uluhiyyah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, keyakinan tentang wajibnya beribadah hanya untuk Allah semata tanpa menyukutukan-Nya dengan suatu apapun dan halhal lain yang berhubungan dengan niat. Dan termasuk dalam kategori iman, perbuatanperbuatan hati, seperti rasa cinta, rasa takut, pasrah, tawakal kepada Allah dan sebagainya. Begitu pula amalan-amalan anggota badan termasuk dalam kategori iman, seperti: shalat, puasa, dan rukun Islam lainnya, berjihad di jalan Allah, menuntut ilmu dan lain sebagainya.
Allah subhanahu wataala berfirman:
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka.” (QS.Al-Anfal:2).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Dialah yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (QS.Al-Fath:4).
Dan iman seorang hamba akan bertambah dan meningkat bilamana ketaatan dan ibadahnya bertambah dan meningkat, sebaliknya keimanannya akan menurun bilamana kadar ketaatan dan ibadahnya menurun. Sebagaimana perbuatan maksiat sangat berpengaruh kepada iman seseorang, apabila kemaksiatan tersebut dalam bentuk syirik besar atau kekufuran, maka bisa mengikis keimanan sampai ke akar-akarnya. Apabila kemaksiatan tersebut tidak sampai ketingkatan syirik atau kufur, maka akan menghambat kesempurnaan iman yang wajib dimiliki setiap orang, atau bisa mengeruhkan kejernihannya, atau melemahkannya.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-nya.” (QS.An-Nisa’:48).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir setelah Islam.” (QS.At-Taubah:74).
Dan dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah seorang pezina ketika berzina sedangkan dia dalam keadaan beriman dan tidak pula seorangpencuri ketika mencuri sedangkan dia dalam keadaan beriman dan tidak pula seseorang ketika minum minuman keras sedangkan dia dalam keadaan beriman.” (HR Bukhari dan Muslim).
Allah subhanahu wataala berfirman:
“Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikatmalaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (QS.Al-Baqarah: 177).
Dan dalam ayat lain Allah berfirman:
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya demikian pula orang-orang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul Nya. Kami tidak membeda-bedakan antara seorang rasul dengan yang lainnya” (QS. Al-Baqarah: 285).
Adapun khusus mengenai takdir, Allah berfirman
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qomar:49).
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Iman adalah: kamu beriman kepada Allah dan malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kemudian dan takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim).
Iman mencakup ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati dan amalan dengan anggota badan. Iman itu akan meningkat dengan melakukan ketaatan, dan menurun dengan melakukan maksiat.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.” (QS.Al-Anfal:2-4).
Dan sebaliknya Allah subhanahu wataala berfirman:
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS.An-Nisa’:136).
Contoh iman dalam bentuk ucapan lisan adalah: dzikir, do’a, amar ma’ruf nahi munkar, membaca Al-Qur’an dan lain-lain. Dan dalam bentuk keyakinan hati; seperti meyakini keesaan Allah dalam Rububiyyah, Uluhiyyah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, keyakinan tentang wajibnya beribadah hanya untuk Allah semata tanpa menyukutukan-Nya dengan suatu apapun dan halhal lain yang berhubungan dengan niat. Dan termasuk dalam kategori iman, perbuatanperbuatan hati, seperti rasa cinta, rasa takut, pasrah, tawakal kepada Allah dan sebagainya. Begitu pula amalan-amalan anggota badan termasuk dalam kategori iman, seperti: shalat, puasa, dan rukun Islam lainnya, berjihad di jalan Allah, menuntut ilmu dan lain sebagainya.
Allah subhanahu wataala berfirman:
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka.” (QS.Al-Anfal:2).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Dialah yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (QS.Al-Fath:4).
Dan iman seorang hamba akan bertambah dan meningkat bilamana ketaatan dan ibadahnya bertambah dan meningkat, sebaliknya keimanannya akan menurun bilamana kadar ketaatan dan ibadahnya menurun. Sebagaimana perbuatan maksiat sangat berpengaruh kepada iman seseorang, apabila kemaksiatan tersebut dalam bentuk syirik besar atau kekufuran, maka bisa mengikis keimanan sampai ke akar-akarnya. Apabila kemaksiatan tersebut tidak sampai ketingkatan syirik atau kufur, maka akan menghambat kesempurnaan iman yang wajib dimiliki setiap orang, atau bisa mengeruhkan kejernihannya, atau melemahkannya.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-nya.” (QS.An-Nisa’:48).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir setelah Islam.” (QS.At-Taubah:74).
Dan dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah seorang pezina ketika berzina sedangkan dia dalam keadaan beriman dan tidak pula seorangpencuri ketika mencuri sedangkan dia dalam keadaan beriman dan tidak pula seseorang ketika minum minuman keras sedangkan dia dalam keadaan beriman.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sumber : http://s1.islamhouse.com