Jumat, 27 Juli 2012

Tingkatan taqdir

Tidak sempurna keimanan kepada taqdir kecuali dengan meyakini empat tingkatan:
Pertama:
Beriman kepada ilmu Allah yang Azali, yang meliputi segala sesuatu.
Allah berfirman:
 “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfudz). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS.Al-Hajj:70).

Kedua:
Beriman kepada penulisan ilmu Allah atas taqdir segala sesuatu di Lauh Mahfudz.
Allah berfirman:
 “Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al Kitab.” (QS.Al-An’am:38).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
 “Allah telah menulis taqdir (ketentuan yang akan berlaku kepada) seluruh makhluk sebelum Dia menciptakan langit dan bumi lima puluh ribu tahun.” (HR. Muslim).

Ketiga:
Beriman kepada kehendak Allah yang pasti terlaksana dan kekuasaan-Nya yang menyeluruh. Allah berfirman:
 “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS.At-Takwir: 29).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada orang yang berkata kepada beliau: “atas kehendak Allah dan kehendakmu”:
 “ Apakah kamu menjadikan aku sebagai sekutu bagi Allah? Tetapi (katakanlah): hanya atas kehendak Allah saja.” (HR. Ahmad).

Keempat:

Beriman bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu. Allah berfirman:
 “Allah adalah pencipta segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS.Az-Zumar: 62).
Dan dalam ayat lain Allah berfirman:
 “Padahal Allahlah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS.Ash-Shaffat:96).

Rasululullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “Sesungguhnya Allahlah yang menciptakan setiap orang yang bekerja dan pekerjaannya itu.” (HR. Bukhari).

Sumber : http://s1.islamhouse.com