Jumat, 27 Juli 2012

Beriman kepada kenabian Muhammad shallallahu alaihi wasallam

Beriman kepada kenabian Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam merupakan salah satu pokok keimanan yang sangat penting, yang tidak mungkin iman seseorang sah kecuali dengan beriman kepada kenabiannya.

Allah berfirman:
 “Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyalanyala.” (QS.Al-Fath:13).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan (bersaksi) bahwa aku adalah rasulullah.” (HR. Muslim).

Dan iman kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak sempurna kecuali jika terpenuhi hal-hal berikut:

Pertama:
Ma’rifah (mengenal) Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim, Hasyim dari suku Quraisy, Quraisy dari Arab dan Arab dari keturunan nabi Ismail bin Ibrahim alaihis salam. Beliau dikaruniai umur 63 tahun, diantaranya 40 tahun sebelum kenabian dan 23 tahun mengemban risalah sebagai nabi dan rasul.

Kedua:
Membenarkan segala yang diberitakannya, mentaati seluruh perintahnya dan menjauhi semua larangannya dan beribadah kepada Allah sesuai dengan apa yang disyariatkannya.

Ketiga:
Meyakini bahwa beliau adalah Rasulullah untuk semua makhluk, baik jin atapun manusia, maka tidak ada jalan lain bagi siapapun kecuali harus mengikuti beliau.

Allah ta’ala berfirman:
 “Katakanlah: “ Hai manusia sesungguhya aku
adalah utusan Allah kepadamu semua.” (QS.Al-A’raf : 158).

Keempat:
Mengimani risalahnya, dan bahwa beliau adalah nabi terbaik serta penutup para nabi.

Allah berfiman:
 “…Tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS.Al-Ahzab : 40).

Dan meyakini bahwa beliau adalah Khalil Ar-Rahman (kekasih Yang maha pemurah), pemimpin seluruh manusia, pemilik syafa’at agung, yang diistimewakan dengan wasilah yang merupakan derajat tertinggi di surga, pemilik telaga di surga dan umatnya adalah sebaik-baik umat.

Allah ta’ala berfirman:
 “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (QS.Ali Imran: 110). Dan umatnya adalah penghuni surga terbanyak serta risalahnya sebagai penghapus risalah-risalah sebelumnya.

Kelima:
Sesungguhnya Allah telah memperkuat beliau dengan mu’jizat terbesar dan ayat terjelas, yaitu Al-Qur’an Al-Karim kalamullah (firman Allah), yang dijaga dari perubahan dan pergantian.

Allah ta’ala berfirman:
 “Katakanlah: “ Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS.Al-Isra’:88)

Dan firman-Nya yang lain:
 “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS.Al-Hijr :9).

Keenam: Mengimani bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menyampaikan risalah Islam, menyampaikan amanah, menasehati umat, tidak ada suatu kebaikanpun kecuali telah beliau tunjukkan kepada umatnya dan menganjurkan untuk melaksanakannya, dan tiada suatu keburukanpun kecuali sudah beliau larang dan peringatkan umat daripadanya.

Allah berfirman:
 “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (QS.At- Taubah:128).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kepada suatu umat, kecuali wajib baginya untuk menunjukkan umatnya kepada kebaikan yang dia ketahui dan memperingatkan mereka dari kejelekan yang dia ketahui.” (HR. Muslim).

Ketujuh:
Mencintai beliau shallallahu alaihi wasallam dan mengedepankan kecintaan kita kepada beliau di atas mencintai diri dan semua makhluk. Mengagungkan, menghormati, memuliakan, menghargai dan mentaati beliau. Karena semuanya ini adalah merupakan hak beliau yang telah diwajibkan Allah dalam Al-Quran. Maka mencintai beliau berarti mencintai Allah dan mentaati beliau berarti mentaati Allah.
Allah berfirman:
 “Katakanlah: “ Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS.Ali Imran: 31).

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “Tidak sempurna iman seseorang diantara kamu hingga ia lebih mencintai aku daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia.”(Muttafaq Alaih)

Kedelapan:
Memperbanyak salawat dan salam untuk beliau. Sesungguhnya orang yang bakhil adalah orang yang tidak mengucapkan salawat apabila disebut nama beliau.

Allah berfirman:
 “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat- Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al- Ahzab:56).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak sepuluh kali.” (HR. Muslim). Sangat diperintahkan bersalawat kepada beliau pada beberapa tempat, diantaranya ketika tasyahud dalam shalat, qunut, shalat janazah, khutbah jumat, setelah adzan, ketika masuk masjid dan keluar darinya, ketika berdoa dan ketika nama beliau disebut dan lainnya.

Kesembilan:
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan seluruh nabi hidup di sisi Tuhan mereka, dengan kehidupan alam barzakh yang lebih mulia dan lebih tinggi daripada kehidupan para syuhada. Tetapi kehidupan mereka itu tidak seperti kehidupan di dunia ini, kita tidak ketahui hakikatnya, dan kita tidak meniadakan kata mati dari mereka.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada bumi untuk memakan jasad para nabi.” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).

Dan sabda beliau yang lain:
 “Tidak seorang muslimpun yang mengucapkan salam kepadaku, kecuali pasti Allah mengembalikan ruhku supaya aku menjawab salamnya.” (HR. Abu Dawud).

Kesepuluh:
Termasuk bentuk penghormatan kepada beliau: tidak mengangkat suara di hadapan beliau ketika masih hidup, demikian juga ketika memberi salam di hadapan kuburnya.

 Allah berfirman:
 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak terhapus pahala amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.” (Al-Hujurat:2).

Penghormatan kepada beliau setelah wafat seperti penghormatan kepada beliau di waktu hidup, maka kita wajib menghormati beliau seperti halnya para generasi shahabat radhiallahu anhum dulu menghormati beliau. Karena mereka adalah generasi yang paling taat kepada beliau dan paling jauh dari menyelisihi beliau, dan paling jauh dari berbuat bid’ah dalam agama Allah.

Kesebelas:
Mencintai para shahabat, keluarga dan istri-istri beliau dengan menunjukkan kesetiaan kita kepada mereka, dan tidak menghina, mencaci serta menuduh mereka dengan hal-hal negatif. Karena sesungguhnya Allah telah meridhai mereka dan memilih mereka sebagai sahabat nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam serta telah mewajibkan kepada umat ini untuk membela dan mencintai mereka.

Allah berfirman
 “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah.” (QS.At-Taubah:100).

Rasullullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “Janganlah kamu mencaci shahabatku, karena demi yang jiwaku ada di tangan-Nya seandainya salah seorang di antara kamu menginfakkan emas sebesar gunung Uhud maka tidak akan bisa menyamai (pahala) satu mud dari yang mereka infakkan atau separonya.” (HR. Bukhari).

Dan dianjurkan kepada generasi setelah mereka untuk memohonkan ampunan bagi mereka dan berdoa kepada Allah agar menjauhkan rasa dengki dalam hati terhadap mereka.

Allah berfirman:
 “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “ Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau maha penyantun lagi maha penyayang.” (QS.Al-Hasyr:10).

Kedua belas:
Menghindari ghuluw (berlebihan dalam memuji) beliau, karena justru itu sangat menyakiti beliau. Karena beliau telah memperingatkan umatnya agar tidak terjerumus pada ghuluw dan melampaui batas dalam memuji, menyanjungnya dan menempatkan beliau melebihi dari yang telah ditempatkan oleh Allah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 “ Sesungguhnya aku hanyalah hamba, maka katakanlah hamba Allah dan rasul-Nya, aku tidak suka kalian mengangkatku melebihi derajatku yang sebenarnya.” Dan beliau juga bersabda: “ Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku sebagaimana kaum Nasrani berlebihan dalam memuji putra Maryam.” (HR. Bukhari).

Dan tidak diperbolehkan berdoa kepada beliau, memohon pertolongan kepadanya, thawaf di kuburnya atau bernadzar dan menyembelih karenanya, karena ini semua adalah syirik. Dan Allah sangat melarang mengarahkan ibadah kepada selain-Nya.

Demikian pula sebaliknya, tidak menghormati Nabi shallallahu alaihi wasallam, dengan merendahkannya, menghina atau mengejeknya adalah perbuatan murtad (keluar dari Islam) dan kafir kepada Allah.

Allah berfirman
 “Katakanlah: “ Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66). Kecintaan yang benar kepada Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam adalah kecintaan yang mendorong untuk meneladani beliau, mengikuti sunah-sunahnya dan meninggalkan apa saja yang bertentangan dengan jalannya.

Allah berfirman:
 “ Katakanlah: Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS.Ali Imran:31). Maka wajib bagi kita untuk tidak berlebihan atau sangat kurang dalam mengagungkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Tidak boleh diberikan kepadanya sifat-sifat ketuhanan, akan tetapi tidak juga dikurangi kedudukannnya dan haknya untuk dihormati dan dicintai, bukti yang paling menonjol adalah mengikuti syariatnya, berjalan di atas petunjuknya dan meneladaninya.

Ketiga belas:
 Iman kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak akan terwujud kecuali dengan membenarkannya dan mengamalkan risalah yang dibawanya. Inilah makna ketaatan kepadanya. Mentaatinya berarti mentaati Allah, dan maksiat kepadanya berarti maksiat kepada Allah. Maka beriman kepada beliau baru terwujud dengan membenarkan dan mengikutinya shallallahu alaihi wasallam.

Sumber : http://s1.islamhouse.com