Jumat, 27 Juli 2012

Perbuatan hamba (Makhluk)

Perbuatan yang Allah ciptakan di alam ini terbagi dua:
Pertama:
Perbuatan-perbuatan yang diberlakukan oleh Allah ta’ala terhadap makhluk-Nya, maka dalam hal ini tidak ada pilihan dan kehendak bagi seorangpun, tetapi semuanya atas kehendak Allah. Seperti mematikan, menghidupkan, sakit dan sehat.
Allah berfirman:
 “Padahal Allah lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS.Ash-Shaffat:96).

Dalam firman-Nya yang lain:
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS.Al-Mulk:2).

Kedua:
Apa yang dikerjakan oleh seluruh makhluk yang memiliki iradah (kehendak), hal ini terjadi atas pilihan dan kehendak para pelakunya, karena Allah telah menjadikan hal itu pada diri mereka.
Allah berfirman:
 “Yaitu bagi siapa di antara kamu yang hendak menempuh jalan yang lurus.” (QS.At-Takwir:28).

Dan dalam firman-Nya yang lain:
 “Maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang hendak (kafir) biarlah ia kafir.” (QS.Al-Kahfi:29).

Dengan demikian mereka akan dipuji atas perbuatan yang terpuji dan akan dicela atas perbuatan yang tercela. Dan Allah tidak menghukum hamba, kecuali pada perbuatan yang mana mereka memiliki pilihan dan kehendak di sana.
Sebagaimana yang Allah firmankan:
 “Dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hambahamba- Ku.” (QS.Qaaf:29).

Dan manusia mampu membedakan antara perbuatan yang dilakukan karena pilihan sendiri dan perbuatan yang terpaksa terjadi. Seseorang yang turun dari atap rumah dengan tangga adalah merupakan perbuatan yang didasari kehendak, dan seseorang yang jatuh dilemparkan oleh orang lain dari atap adalah merupakan perbuatan yang terpaksa terjadi.

6.    Korelasi antara penciptaan Allah dan perbuatan hamba Allah yang telah menciptakan hamba dan perbuatannya, serta memberinya kehendak dan kemampuan, maka hamba adalah pelaku perbuatan yang sebenarnya, dan dialah yang melangsungkannya; karena dia memiliki kehendak dan kemampuan. Jika dia beriman maka itu adalah dengan kehendak dan kemauannya, dan jika dia kafir maka itu juga berdasarkan kehendak dan kemauannya. Sebagaimana perkataan kita: buah ini dari pohon ini, tanaman ini dari tanah ini; bermakna bahwa hal tersebut terjadi dari benda tadi dan juga dari Allah yang telah menciptakan hal tersebut dari benda tadi. Maka tidak ada hal yang berlawanan di antara keduanya, dengan demikian ada keselarasan antara syari’at Allah dan taqdir-Nya.

Allah berfirman:
 “Padahal Allah lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.” (QS. Ash-Shaffat:96). Dan firman-Nya yang lain:
 “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS.Al-Lail:5-10).
 


Sumber : http://s1.islamhouse.com